...And Out Come The Wolves



Akhirnya setelah melewatkan masa-masa invasi musik alternative, saya pun akhirnya menyukai genre yang satu ini. Berangkat dari Pearl Jam, saya pun mulai mengenal band-band lainnya seperti Mud Honey, Soundgarden, Soul Asylum lalu Collective Soul dengan Shine-nya tapi entah kenapa, saya masih tidak menikmati Nirvana sementara Smashing Pumpkins menjadi salah satu band yang saya puja sampai sekarang.



Memasuki masa-masa SMA, saya juga kemudian mengenal british invasion tapi itu akan memiliki cerita sendiri nanti meskipun saya sangat menyukai Oasis saat itu. Bush termasuk ke dalam band unggulan, kemudian Silverchair. Hobi ini kemudian berlanjut waktu saya bertemu dengan Bonsay alias Rizky, salah satu sobat saya.

saya masih duduk di bangku kelas 1 SMA dan Bonsay datang sebagai murid baru yang hijrah dari Bogor, kemudian bersekolah di SMA 2 Cimahi. Saya sendiri sudah lupa bagaimana awalnya, tapi selera musik kami ternyata sama. Dia juga hobi mendengarkan musik-musik alternative dan dia sangat menyukai Green Day. Dasar jodoh, waktu itu saya juga mulai merambah ke musik yang disebut PUNK dan kebetulan, majalah Hai menerbitkan Hai klip khusus punk (saya upa lagi judulnya apa) setelah sebelumnya mereka merilis Hai klip british invasion dan grunge (kalau saya tidak salah). Bonsay kebetulan juga memiliki sepupu yang sangat menyukai punk,di masa-masa ini eksplorasi dan revolusi gendang telinga pun dimulai.



Album punk pertama saya adalah -sepertinya Dookie sudah tidak perlu disebutkan lagi- kumpulan hits-hits terbaiknya Sex Pistols yang saya lupa nama judul albumnya apa, ada yang ingat ? hehe.. tapi album yang paling mempengaruhi saya waktu itu adalah ...And Out Come The Wolves dari Rancid. Dan era baru permusikan saya pun dimulai sejak itu saya saya pun mengaku bahwa saya adalah seorang punk (oh ya? lihat saja nanti huehehe).







Double R is


"Hated by many, confronted by none
I trust two guys, one's God, and one is my gun
Jada is the nice guy, 'Kiss is the monster
D-Block and Double R is my sponsor"



Dalam posting sebelumnya saya menulis tentang seseorang yang saya sebut Double R. Dan ternyata, Double R nya menyadari hal tersebut (jelas lah karena saya tulis dan dia tau blog ini hehe ;D) dan akhirnya setelah sedikit ngobrol dengan beliau, saya pun memutuskan untuk bercerita disini tentang apa dan bagaimana sampai saya senang menyebut dirinya Double R.

Sebenarnya Double R adalah memang inisial namanya yang terdiri dari 2 huruf R. Tapi saya jadi senang menyebutnya karena, coba perhatikan kata-kata yang menjadi header dari posting ini.

Saya tahu mungkin kata-kata tersebut agak sedikit kasar atau sebut saja parental advisory. Kata-kata tersebut saya ambil dari sebuah lagu yang berjudul We're Back dari rapper DMX featuring Eve dan Jadakiss. Penggalan lirik tersebut saya ambil dari flow nya Jadakiss.

Double R adalah inisial dari perusahaan rekaman dimana DMX dan kawan-kawan seperti Eve, Jadakiss, Cassidy, Swizz Beatz bernaung, Ruff Ryders Entertainment. Lalu kenapa saya senang menyebutnya demikian ?

Jika membaca lirik di atas, Jadakiss memberikan kesan ia sedang show of force. Menunjukan dia seperti apa dan disitu dia bilang '...D Block and Double R is my sponsor' seolah-olah dengan adanya Double R, dia akan semakin kuat.

Jadi itulah latar belakang kenapa saya senang menyebut dia Double R. Mungkin saya bisa saja menulis atau menyebutnya RR, tapi itu terlalu biasa sementara dia memberikan kesan yang lebih dan tidak biasa, apapun itu yang jelas sesuatu yang positif untuk saya tentunya.

(My) Best 10 Classic Rock Ballad

OK sebelum kita mulai jangan anggap ini terlalu serius karena susunan ini saya buat sendiri dan karena saya senang membuat hal-hal (tidak penting) seperti ini. Tujuannya adalah hanya untuk bernostalgia karena lagu-lagu ini mungkin juga pernah jadi bagian dari kisah masa lalu Anda.

Steelheart - She's Gone
Jujur saya tidak terlalu suka lagu ini karena saya lebih suka lagu dari Steelheart yang lain berjudul Angel Eyes. Tapi lagu ini memang sangat dikenal dimasanya dan sepertinya sempat menjadi lagu tema bagi para lelaki yang sedang patah hati.







Skid Row - I Remeber You

Saya sempat menemukan dibeberapa artikel bahwa ternyata banyak dari rocker-rocker masa kini yang ingin memiliki suara seperti Sebastian Bach. Candil dari Seurieus sepertinya harus bersyukur karena memiliki suara yang setipe dan Matt Shadow masih harus bekerja keras. Di lagu ini suara Sebastian Bach selain lembut tapi juga lantang dan melengking entah sampai menyentuh oktaf keberapa. Sekedar curhat, saya juga sangat ingin punya suara seperti Sebastian Bach ;P







Bad English - When I See You Smile
Alasan saya memasukan lagu ini dalam daftar adalah karena selain lagu ini juga termasuk sangat terkenal, liriknya cukup simple dengan menuturkan ungkapan perasaan yang biasa terjadi pada kebanyakan orang.







Motley Crue - Home Sweet Home

Nada yang bagus, mudah untuk diingat dan cathcy untuk dinyanyikan. Saya selalu merasa begitu 80's rock kalau mendengarkan lagu ini hehe..versinya yang dinyanyikan oleh vokalis Linkin Park, Chester Bennington sebagai tribute untuk korban badai Katrina membuat Home Sweet Home begitu menyentuh.







Damn Yankees - High Enough
Band ini sempat jadi salah satu favorit saya dulu dan saya sama sekali nggak sadar kalau lagu mereka yang satu ini cukup terkenal dan saya sempat terheran-heran waktu mendengar High Enough di putar dimana-mana. Sekedar info band ini memiliki line up all stars yaitu Ted Nugent, Tommy Shaw dari STYX, Jack Blades dari Night Ranger dan Michaelle Cartellone, drummer Lynyrd Skynyrd.






Firehouse - When I Look Into Your Eyes
Kelebihan dari lagu ini adalah selalu diputar di acara-acara classic/slow rock di radio-radio dan lucunya saya selalu menemukan lagu ini ada di deretan koleksi MP3 orang-orang.Jadi tidak heran kalau saya ingin memasukannya disini selain karena saya lebih menyukai hits ini ketimbang hits-hits Firehouse lainnya terkecuali You Are My Religion



Scorpions - Wind of Change
Band ini masuk ke dalam daftar pioner power metal bersama-sama dengan Dio. Lagu ini ini begitu terkenal dimasanya bahkan setelah lewat beberapa tahun pun Wind of Change masih berkumandang. Poin tambahan adalah pesan kemanusiaan yang tersirat dalam lagu ini. Itulah kenapa saya memasukan lagu band asal Jerman ini disini.






Extreme - More Than Words

Gary Cherone dan Nuno Bettencourt adalah pasangan gay ? saya sendiri juga tidak tahu apakah isu ini benar atau tidak. Sudahlah, kita tidak akan membicarakana hal itu disini. Ada 12 cover version dari More Than Words diantaranya sukses dibawakan kembali oleh Westlife, Frankie J dan Rubben Studdard. Ngomong 'cinta' itu mudah, tapi cinta lebih dari sekedar kata.






Bon Jovi - Never Say Goodbye

Bukan karena saya belajar musik rock karena band asal New Jersey ini, tapi Never Say Goodbye mungkin bisa dibilang salah satu lagu Bon Jovi yang sangat dikenal selain hits nya yang sederet itu. Kekuatan lagu ini adalah lirik refrain nya yang juga merupakan judul dari lagu itu sendiri. Tema yang sangat pas untuk sebuah persahabatan atau seperti biasanya, percintaan.






Nazareth - Love Hurts

Lagu The Everly Brothers yang di cover oleh Nazareth. Waktu pertama kali mendengar lagu ini, saya tidak tahu bahwa ini adalah salah satu mega hits dan hanya kalangan tertentu saja yang mengetahuinya. Lagunya singkat, liriknya sederhana seperti mendefinisikan cinta dengan sudut pandang yang sangat naif. Saya iseng menghitungnya dan sudah 40 artis yang mengcover lagu ini termasuk di dalamnya Cher, The Who, Joan Jett, Sinéad O'Connor, Rod Stewart, Jason Donovan. Terakhir saya mendengar lagu ini dinyanyikan kembali oleh Nan Vernon untuk soundtrack film arahan sutradara sekaligus musisi metal Rob Zombie, Halloween II.






Itu adalah beberapa lagu-lagu terbaik -sekali lagi- versi saya yang bisa saya kumpulkan dan saya ingat. Tentu saja masih banyak lagi lagu slow rock yang bagus dan terbaik menurut Anda. Ada kotak yang disediakan untuk berkomentar, silahkan isi sendiri ;)

Bubuk Abate, Band Bernama Zoo dan Armin van Buuren



Salah satu hal yang menyenangkan dari malam minggu kemarin itu adalah saya bertemu dengan Double R. Sebagai pemuda yang orientasi seksualnya normal, tentu saja saya sangat senang bisa duduk berdua dengan beliau sambil meminum minuman favorit pesanan masing-masing di salah satu cafe ternama dibandung yang berinisal Ngopdul. Setelah bercerita tentang bagaimana saya bertualang dengan gagahnya di pedalaman Baduy, kami pun berpisah dan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, saya dan beberapa teman akan menonton sebuah acara dimana bintang tamu utamanya adalah DJ asal Perancis yang menyebut dirinya DJ Urine.

Saya dijemput teman saya Dhado dan tiba di venue ketika hujan rintik-rintik halus turun dan perhatian saya masih tercuri oleh Double R karena saya tidak ingin dia pulang kemalaman. Tapi setelah memastikan dia santai-santai saja, ya sudah, mari kita tonton acara DIY yang saya lupa lagi namanya dan diorganisir oleh beberapa teman tersebut.

Sebenarnya, saya tidak sebegitu mengikuti acaranya karena kebanyakan yang berlaga malam itu adalah band-band noise. Saya tidak menyukai musiknya, hanya saya penasaran dengan DJ yang menjadi bintang tamu pamungkas acara tersebut. Jujur suasana agak kurang seru karena beberapa teman mabuk dan Dhado menyebut bahwa beberapa teman kami itu mabuk bubuk abate, sampai saya tertawa-tawa mendengarnya (saya tidak dalam keadaan mabuk waktu itu tentunya).

Dalam Gedung Indoensia Menggugat, dibawah guyuran hujan yang lumayan acara terus berlangsung dan saya bersama teman-teman hanya beberapakali masuk ke dalam arena,kemudian keluar lagi, terus begitu. Satu hal yang saya sukai dari acara DYI adalah, kita tidak perlu segan-segan, semua orang menikmati keberadaan mereka disitu. Berbeda dengan acara-acara komersial yang sering digelar di tempat-tempat lain. Saling memperhatikan, apresiasi yang kurang karena rupanya orang Bandung sekarang sebagian besar telah menjadi kritikus dan komentator musik.

Meskipun kurang memperhatikan jalannya acara karena malam itu saya benar-benar ingin menikmati malam minggu saya, beberapa penampil malam itu ternyata cukup menarik perhatian juga.

Sarcastic Death : band trashing grind (saya sendiri ragu menyebut genre mereka apa) asal Bandung tersebut malam itu sepertinya jadi salah satu band yang ditunggu. Sebenarnya saya tidak terlalu menyukai musik seperti itu tapi saya senang menontonnya dan Sarcastic Death menyuguhkannya dengan cukup apik. Salah satu lagu yang menempel di kepala saya adalah : Pemberontakan Itu Mahal (kalau tidak salah)

Zoo : saya menyesal sempat stuck diluar bersama Dhado dengan perbincangan setengah curhat ketika band asal Jogja ini memulai aksi mereka. Saya kebagian -tidak jelas juga- 2 atau mungkin 3 lagu saja. Tapi band (saya akan mengarang sebuah genre,siap-siap...) progressive-experimental mathcore asal Jogja ini awesome. Meskipun emmeiliki musik yang agak sulit dicerna, menurut saya mereka tampil memukau.

Terakhir tentu saja bintang utama acara malam tersebut, DJ Urine himself. Ada diantara Anda yang menyesal karena ketinggalan sebuah..ehem..party ? too bad...hehe..tenang saja, DJ Urine bukan seperti yang Anda pikirkan. Dia adalah DJ noise asal Perancis yang bernama asli Sebastien Lemonon. Ia tampil dengan nge-mix sebuah lagu Indonesia jaman dulu yang sangat pantas berkumandang di lokasi, kemudian melempar-lempar piringan hitam sampai menghancurkannya dan jangan tanya saya musiknya seperti apa, kali ini saya menyerah jika harus menyebutnya dengan sebuah genre hehehe..

Dengan embel-embel DJ, tidak heran jika malam itu ada yang tersesat datang ke Gedung Indonesia Menggugat dengan high heels dan hal ini juga terjadi di twitter saya.

Saya memasang twit dengan bunyi : 'Nonton DJ di Merdeka'

seorang teman perempuan pun membalas : 'DJ apa cyiiin ? Kok gw ga diajak :(('

akhirnya saya tandaskan saja: 'Ini Amir van Burem beb, lu ga akan suka'

Malam minggu kami pun ditutup dengan makan malam di sebuah pujasera favorit yang berada di jalan Surya Sumantri sebelum pulang.

I'm Bored Out Of Rock and Eddie Vedder Saves Me



Saya memang penggemar rock, tapi bukan berarti saya mendengar kan musik rock tok. Di masa SMP saya sempat juga doyan mendengarkan musisi-musisi yang sedang ngetrend di masa itu seperti Color Me Badd, All 4 One termasuk beberapa musisi yang lagu-lagunya sempat booming di era tersebut seperti John Waite nya Bad English yang sempat bersolo karir dan menelurkan hits In Dreams dari soundtrack film True Romance. Saya suka lagu itu.

Setelah sempat mengabaikan kemunculan pasukan punk yang sempat booming saat itu,mengesampingkan betapa kerennya Green Day dan tidak terlalu menyukai Nirvana, saya tiba-tiba merasa kurang bisa menikmati lagu rock lagi. Mungkin karena merasa jenuh, tiba-tiba saja kaset Dangerous Toys, Aldo Nova dan lain-lain menjadi kurang asik untuk dinikmati.

Seperti mulai dari awal, saya mendengarkan lagu-lagu yang diputar di radio GMR sebuah radio rock satu-satunya saat itu. Saya pikir mungkin saya sudah tidak lagi suka musik rock, tapi pada kenyataannya saya masih menyukai musik-musik berdistorsi tersebut. Hanya saja sepertinya saya butuh variasi dan entah yang seperti apa.

Saat itulah saya mendengar Alive-nya Pearl Jam. Saya seperti mendengar sesuatu yang berbeda, sensasi yang lebih dari You Give Love A Bad Name. Tanpa pikir panjang, beberapa waktu setelah saya mendengarkan lagu dari Eddie Vedder dan kawan-kawan tersebut, saya pun membeli album Ten. Dan yes, hampir setiap hari saya memutar kaset tersebut bolak-balik dan mulai memiliki gitaris idola baru selain Richie Sambora, siapa lagi kalau bukan Stone Gossard. Rasanya seperti kasar, lebih liar, bertekstur dan semuanya menjadi sempurna dengan suara Eddie Vedder. Saya sangat menikmatinya bahkan waktu saya menginjak bangku SMA, guru bahasa Inggris saya sempat bertanya, 'what is your favourite band ?' dan si ABG yang baru saja melepas celana pendek birunya itu pun menjawab dengan pasti, 'Pearl Jam, mam !'.

Saya pun baru menyadari bahwa perubahan selera seperti yang dialami oleh Sam Dunn dari Metal A headbangers Journey itu memang ada. Hnaya saja dia menyentuh area thrash dan death metal sementara saya justru malah merambah ke alternative. Tapi ini, merupakan awal dari sebuah keseruan yang lain.

Rock N Roll The Fashion

Telah dimuat di www.uncluster.com

Ini adalah sebuah artikel sok tau saya yang didasarakan pada hasil pengamatan subjektif sebenarnya, tapi ternyata cukup mendapat sambutan hangat dari beberapa teman terutama rekan-rekan dari web musik www.uncluster.com

Here Comes The Wave



Sudah sejak lama musik rock menjadi salah satu genre musik yang telah mempengaruhi mode, trend, dan lifestyle, terutama di kalangan remaja di Indonesia. Seperti yang terjadi di akhir tahun 90-an dimana serbuan band-band yang disebut Hip Metal atau Modern Metal yang dimotori oleh Korn dan Limp Bizkit berjaya. Gaya para rocker ini bisa dibilang cukup menjamur waktu itu, mulai dari tatanan rambut sampai pakaian. Penampilan vokalis sekaligus front man Korn, Jonathan Davis, dengan rambut gimbalnya sempat menjadi trend terutama bagi mereka-mereka yang ngeband. Jangankan yang ngeband, yang tidak nge-band pun ikut-ikutan bergaya serupa. Tidak punya rambut panjang untuk bisa digimbal? kita bisa ikutan gaya Fred Durstnya Limp Bizkit. Rambut crew cut vokalis yang bandnya terkenal dengan single Nookie waktu itu, sering tersembunyi dibalik topi baseball New York Yankees. Dan serta merta, saat itu banyak yang mengenakan topi baseball. Sampai-sampai, buat yang kesulitan mendapatkan topi baseball yang memang harganya lumayan di mall-mall, bisa membeli di emperan pusat pertokoan. Sementara baju yang dikenakan, tampaknya menjadi awal brand-brand clothing luar negeri yang pada mulanya hanya dikuasai oleh nama-nama lama seperti Billabong dan Quicksilver ramai dipakai. Contohnya clothing Tribal yang kebetulan menjadi salah satu clothing favorit para personil Limp Bizkit. Plus, celana gombrang yang dipakai agak merosot lalu sepatu Adidas Stan Smith atau Adidas Superstar telah menjadi identitas remaja yang nge-rock. Lagu Freak On A Leash-nya Korn atau Rollin’ dari Limp Bizkit, bahkan lagu-lagu Rage Against The Machine juga saat itu mulai menyaingi musik dugem untuk diputar keras-keras di dalam mobil yang dipakai buat keliling kota di malam minggu. Gaya rocknya modern metal tampaknya kurang lengkap kalau tidak bermain skateboard. Ya, extreme sport yang juga sering disebut-sebut sebagai extreme sport-nya anak muda ini waktu itu mulai populer. Apalagi merk-merk pakaian yang dipakai oleh para skater hampir sama dengan merk pakaian yang jadi trend saat itu. Musik, pakaian, skateboard. What a rock!



Meskipun waktu itu dengan cepat gaya rock akhir 90-an yang dipengaruhi band-band modern metal banyak diminati oleh kebanyakan remaja, gaya rock mendapat perlawanan sengit dari gaya musik Rn’B dan Hip Hop termasuk gaya British Pop-nya band-band Inggris atau lebih dikenal dengan gaya Indies. Terbalik dari gaya modern metal dengan pakaian serba gombrang ala Jonathan Davis dan kawan-kawan, gaya Indies lebih identik dengan t-shirt bermodel body-fit dan celana yang jauh dari gombrang. Buat yang menganut gaya Indies, mereka membuat rambut mereka mirip dengan para personil band-band Inggris yang terkenal saat itu seperti Oasis atau Suede dan Pulp yang mempopulerkan gaya trap dengan poni lemparnya. Dan kelihatannya gaya ini lebih cocok di pakai sama mereka-mereka yang punya badan langsing -atau malah langsing banget alias kurus. Mungkin keberadaan gaya rock akhir 90-an ini bernasib sama dengan gaya rock tahun 80-an. Malah di tahun 80-an gaya rock lebih jarang dipakai oleh banyak orang. Rambut gondrongnya Bon Jovi, celana jeans ketat dan sepatu boot koboi telah menjadi gaya rock waktu itu. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat gaya panggung band rock dalam negeri kita, Seurieus. Di tahun 80-an kebanyakan orang lebih memilih untuk bergaya disco, genre musik yang juga sedang ngetrend saat itu. Mungkin gaya rock yang dipilih adalah gaya Duran Duran, itupun karena gaya mereka tidak jauh dari gaya disco.



Millenium Style

Pengaruh band-band modern metal yang baru seperti Linkin Park, Slip Knot dan band-band bergenre serupa tidak sehebat pengaruh band-band rock yang muncul di tahun 2000-an sekarang. Blink 182 adalah salah satu band yang diawal tahun 2000 menggebrak kancah musik rock sehingga genre Punk Rock yang selama ini sempat terlupakan bangkit lagi. Bahkan pengaruh munculnya band-band yang mengaku bergenre punk-pop seperti Good Charlotte dan Simple Plan kelihatan lebih berpengaruh ketimbang kemunculan band Punk fenomenal Green Day yang berbarengan dengan wabah musik Grunge dan Alternative di tahun 90-an.

Punk Rock yang punya filosofi anti kemapanan dan idealisme yang tinggi dengan cepat mengambil alih trend. banyak orang bahkan mereka yang tidak menyukai musik rock sekalipun. Dahsyatnya lagi, distro yang selama ini juga jadi salah satu ciri khas dalam komunitas Punk sudah jadi salah satu tempat belanja favorit remaja. Disusul kemunculan Garage Rock yang diusung sama band-band seperti Jet, The Datsuns atau The Strokes, memunculkan trend jeans lusuh dengan rambut gondrong berponi. Ada lagi Emo, salah satu genre musik yang juga berakar dari Punk Rock oleh band-band seperti Finch, Funeral For A Friend dan yang lainnya juga ikut meramaikan trend musik Rock dengan mengembalikan model rambut poni lempar. Sangking ngetrendnya gaya rock ini, sampai-sampai Boy Band Busted juga ikut-ikutan bergaya serupa.
Kamu yang bergaya tanpa spike, rambut poni lempar atau jeans lusuh jadinya dianggap "nggak trendy". Bertato, pearcing dan memakai belt buckle bakal disebut "Metal Banget". Ada juga kejadian perempuan yang ingin punya pacar yang ”rock n’ roll”. Dan ternyata lelaki rock n’ roll yang dia cari adalah artis bergaya rock yang main di salah satu film remaja. Sebagian lagi bukan cuma bergaya, tapi perilaku mereka juga disesuaikan. Diantaranya ikut-ikutan salah satu anggota band peserta Battle Of Ozzfest berambut kuning yang ngomong sambil terus menegak minuman keras dari botolnya sampai tumpah-tumpah di depan kamera TV nasional. Sisanya, ada yang menganggap bahwa rock itu subversif, haram ngomongin cinta.

Saat ini, trend berpakaian ala rock masih mempengaruhi anak muda di Indoensia. Kesuksesan genre emo atau nu rock rupanya membawa pengaruh yang cukup besar karena kemudian, musik metal juga mulai menginvasi telinga remaja sehingga berpengaruh pada trend fashion anak muda. Rambut poni lempar, make up smokey eyes, skinny jeans, baju hitam bergambar dan bertuliskan Arch Enemy hingga Cradle of Filth sekarang cukup mendominasi, padahal sebelumnya genre death metal tidak digandrungi oleh anak muda.



Rock Means Anything

Sebenarnya bila kita benar-benar mengamati para pelaku musik rock, kita tidak akan menemukan atribut yang pantas untuk dilabeli atau identik dengan musik rock itu sendiri. Sebagian besar dari musisinya tampaknya justru lebih memilih untuk berpakaian sesuka mereka atau lebih pantas disebut sebagai pakian yang memang ingin dan nyaman untuk mereka kenakan.

Refused memilih penampilan seperti band-band pop Inggris. Padahal band Punk/Hardcore asal Swedia ini punya musik yang cukup garang dengan lirik-lirik subversif seperti menentang atau memprotes kebijakan negaranya atau negara-negara barat lain. Tapi mereka tidak tampil dengan spike atau buckle. Coba lihat cowok berpenampilan kutu buku disebelah. Dia tidak pernah memakai pakaian yang mereknya identik dengan musik rock bahkan dia nggak pernah main skateboard. Tapi ternyata dia suka banget ngedengerin Meads Of Asphodel. Coba tanya sama teman kamu yang kamu anggap gayanya rock banget. Dia suka, atau minimal tahu apa itu Meads Of Asphodel atau tidak ?.



Sangat disayangkan kalau musik rock selalu diidentikkan dengan kehidupan yang terlalu bebas dengan moto sex, drugs, rock n’ roll. Sebelumnya sudah sedikit disinggung bahwa Punk Rock memiliki paham yang disebut Straight Edge, salah satu gaya hidup dari komunitas Punk dimana seorang Straight Edge telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengkonsumsi racun-racun atau zat adiktif dalam bentuk apa pun. Mulai dari rokok hingga minuman beralkohol. Yang lebih luar biasa lagi, diantara para Straight Edge ini juga ada yang sampai menjadi vegetarian bahkan vegan (tidak memakan sampai memakai bahan yang dihasilkan dari hewan).
Selain itu sekarang ini kamu bisa melihat banyak band rock yang mengampanyekan betapa berbahayanya AIDS. Masih banyak lagi idealisme yang mempengaruhi komunitas Punk termasuk pandangan mereka terhadap homoseksualitas. Propaghandi adalah salah satu band yang sebagian anggotanya Gay. Mereka bahkan nggak ragu-ragu untuk mengakuinya di dalam lirik-lirik mereka yang sekali lagi cukup subversif. Begitu juga Rob Halford, dalam salah satu wawancara di sebuah majalah rock Inggris, vokalis band metal Judas Priest ini mengaku bahwa dia tertraik terhadap sesama jenis. Label bahwa rock adalah ‘musik laki-laki’ mungkin juga harus dinetralisir, karena musik sendiri bisa didengarkan oleh siapapun dan tidak mengenal gender.



Lalu bagaimana dengan rock yang bercinta? Bukankah banyak musisi rock yang menulis tentang cinta di lirik mereka? Itulah salah satu alasan kenapa Dashboard Confessional jadi salah satu band rock terkeren saat ini. Mungkin untuk hal ini tidak usah dibahas lebih lanjut. Toh banyak yang bergaya atau mungkin memainkan musik rock untuk mendapatkan pasangan. Ya, yang jelas kita semua pasti senang untuk berkreasi dan berekspresi tanpa dikekang. Nggak ada kenikmatan yang senikmat menjadi diri sendiri.

Romantika Masa Remaja (SMP)



Sama seperti blog-blog lainnya, saya juga akan sedikit menceritakan atau dengan kata lain mencurahkan isi hati saya alias curhat disini. Dan salah satu kisah yang ingin saya ceritakan adalah masa-masa dimana saya hanyalah seorang pelajar bercelana pendek biru yang, sedikit bodoh memang, dan dengan percaya dirinya menganggapo dirinya bisa menggaet para remaja putri itu dengan mudahnya.

Saya sudah sangat tahu bahwa kadang-kadang saya memang terjerat dengan perempuan yang memeiliki penampialn yang sensual (sepertinya semua laki-laki begitu) dalam hal ini menurut saya sensual itu adalah kulit tidak terlalu putih, perawakan sedang dengan tulang pipi yang menonjol, sorot mata agak dalam dan berambut panjang. Dan saya menemukan figur seperti itu di sekolah saya saat itu.

Namanya Eva. Dia mampu menarik perhatian saya karena penampilan fisiknya yang memenuhi kategori tersebut diatas -untuk ukuran anak SMP tentu saja- dan dia memang seorang gadis yang menarik. Eva itu adalah adik kelas tepat 1 tahun dibawah saya tepatnya kelas 1A waktu itu.
Ingin muntah barangkali rasanya mendengarkan ini tapi saya sering mengirim surat-surat cinta penuh dengan kata-kata manis merayu yang kadang-kadang sebagian kata-katanya saya ambil dari lirik-lirik lagu ballad band-band favorit saya tersebut. Termasuk didalamnya lirik Bon Jovi, L.A.Guns dan entah apalagi waktu itu.

Sesudah berusaha merayu si dia habis-habisan (kalau tidak salah) waktu itu akhirnya saya ditolak. Entah waktu itu saya sakit hati atau patah hati -sepertinya tidak- yang jelas saya masih ebrusaha untuk mendapatkan seorang Eva. Tapi ternyata, mehek-mehek anak baru gede ini agak sedikit berbuntut kurang menyedapkan.

Saya menerima kabar bahwa Eva 'digencet'. 'Digencet' pada waktu itu adalah kata lain dari dilabrak oleh seseorang atau lebih tepatnya beberapa orang kakak kelas perempuan. Saya agak terkejut mendengar hal itu apalagi berita yang sampai pada saya adalah Eva digencet kakak-kakak kelasnya gara-gara saya. Aga sedikit membingungkan karena saya tidak bisa mendapatkan siapa orang yang melakukan hal tersebut terhadap Eva karena Eva sendiri ketakutan untuk memberitahu siapa pelakunya. Maklum, kalau sampai ketahuan, bisa jadi dia bisa-bisa mendapatkan masalah yang lebih buruk lagi.

Setelah mencoba mencari tahu sendiri siapa pelakunya, saya pun memutuskan untuk membicarakan hal ini pada sepupu saya, yang juga adalah kakak kelas saya. Army, sepupu saya itu sama seperti anak-anak perempuan seumuran dia yang lain, cuman dia tomboy dan banyak teman laki-lakinya, yaaa...bisa dibilang dia itu agak seperti preman. Singkatnya, urusan ini pun selesai seperti membalikan tangan. Ngak ada kisah lanjutan dari kasus gencet-gencetan ini selain berita bahwa kakak kelasnya seperti kesal karena Eva dianggap mempermainkan saya. *Tuink* padahal saya sendiri nggak merasa seperti itu.

Kisah berlanjut dan akhirnya saya justru menggaet Audrey, adik dari salah satu temannya Army yang barnama Airin. Ditengah-tengah hubungan saya dengan Audrey tiba-tiba berhembus kencang gosip yang menyebutkan bahwa saya dan Audrey jadian atas perjodohan mengingat Audrey adalah adik sahabat Army, Airin. Sebenarnya saya sih baik-baik saja mendengar kabar itu tapi Audrey merasa agak tidak nyaman. Sialnya kabar tersebut entah bagaimana caranya sampai ke Army yang untung saja dia memang tidak segarang itu. Dia cuma bilang akan mencari siapa penyebar gosip tersebut dan saya yang akan menyelesaikannya sendiri.
Hanya satu hari yang dibutuhkan Army dan kawan-kawan untuk mendapatkan nama penyebar gosip dan saya agak terkejut bahwa nama yang keluar adalah EVA. Saya sempat bingung harus bagaimana tapi akhirnya saya mengajak Eva berbicara 4 mata saja di ruangan OSIS dan untuk melakukan hal itu, saya juga meminta ijin pada pacarnya supaya tidak terjadi salah paham.
Alhasil Eva menangis tersedu-sedu bercucuran air mata. Terus terang waktu itu saya panik karena itu adalah pertama kalinya saya melihat seorang perempuan menangis, benar-benar menangis, di hadapan saya. Dan Eva pun sampai mengeluarkan kata-kata 'demi Allah' bahwa ia tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan kepadanya. Sementara saya bingung karena harus mengantar kembali Eva kembali ke kelasnya dengan kondisi masih menangis. Untung nggak ada guru yang ngeh dan menegur saya. Kebayang kan, kamu keluar berdua dengan seorang perempuan yang sedang menangis dari ruangan kecil yang sepi ;P
Akhirnya setelah beberapa lama, Army berhasil mengungkap misteri gosip tersebut. Gosip itu justru datang dari teman sekelas Audrey sendiri. Sebenarnya Army berniat untuk melabrak si penyebar gosip tapi Army tidak tega karena si pelaku adalah salah satu teman akrab Audrey dan memiliki kekurangan.

Lama berselang, umur hubungan saya dengan Audrey sama seperti cinta-cinta monyet yang lain, hanya 3 bulan saja. Saya pun naik ke kelas 3 dan lembaran baru dimulai. Menjadi kakak paling senior, murid baru dan pastinya kecengan baru. Tapi ternyata cerita saya nggak sebaru itu juga.

Satu kali seperti biasa kebetulan saya dan teman-teman yang lain pulang dengan menggunakan angkutan kota yang sama yaitu Stasiun Hall - Cimahi. Kami pun berada satu angkutan kota dengan para adik kelas yang kebetulan juga satu arah dengan kami diantaranya Alien yang cantik (kalau ada yang membayangkan dia seperti Alien Tumbuan yang model itu,anda tidak salah) dan tentu saja Eva. Waktu itu yang menempuh jarak paling jauh adalah saya dengan Eva. Setelah menempuh perjalanan penuh canda dan masing-masing teman kami sudah turun, terjadi percakapan yang mengejutkan.

"Kak Glen, kita udah digosipin jadian loh..." begitu Eva berkata pada saya dan saya menjawab singkat,

"Oh ya ?"

"Iya..." kami pun terdiam sejenak lalu Eva berkata lagi, "ummm...kak glen, apa kita nggak jadian aja ? soalnya udah tanggung jadi gosip..."

Mengejutkan memang dan saya sudah tidak bisa mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Tidak, kami tidak lantas berciuman di angkutan kota waktu itu. Dia turun lebih dahulu dari saya, membayarkan ongkos kami dan melambai berjalan dibawah remangnya sore. Sebenarnya saya sangat ingin berkata 'I Do' tapi semuanya terlalu berlangsung dengan begitu cepat dan tiba-tiba.

Tidak beberapa lama kemudian, saya mendengar bahwa Eva akan pindah ke Bekasi karena alasan tertentu. Kabar burung ini saya terima dari teman-teman dan sebelum mendapat konfirmasi dari Eva, saya melihatnya berjalan keluar dari gerbang sekolah dan dia ternyata benar-benar pindah ke luar kota.
Sore itu, saya sekolah siang dan melihat Eva berjalan di lapangan voli sendirian dengan membawa tasnya. Seharusnya dia berada di dalam kelas karena jam pulang sekolah saat itu adalah pk 17:30. Saya dan beberapa teman sempat bercanda dengan meneriakinya mangkir dari dalam kelas tapi Eva hanya tersenyum. Dia melihat ke arah saya sambil terus berjalan. Waktu itu saya menyadari sesuatu dan saya hanya bisa terdiam. Eva terus melangkah keluar dari gerbang sekolah tanpa menoleh kebelakang dan itu adalah kali terakhir saya saling berpandang-padangan dengan Eva.

Ini kisah yang lucu memang dan tentu saja perasaan saya tidak sedalam itu. Hanya saja saya memang sempat kepikiran karena ada kabar yang menyebutkan bila Eva dan saya berpacaran kala itu, Eva mungkin tidak akan memutuskan untuk pindah ke Bekasi. Tapi ya sudahlah, itu hanya sedikit cerita masa remaja yang seru. Beberapa waktu yang lalu saya melihat dia di Facebook dan mutual friendnya adalah sepupu saya. Dan sekali lagi, Bon Jovi pun memberikan sumbangsih terhadap kisah cinta remaja saya waktu itu. I'll Be There For You sempat membuat saya termenung sejenak di dalam kelas sebelum akhirnya melupakan mehek-mehek ala ABG tersebut.

3OH!3 - Want



telah dimuat di http://megadiskon.com/

Bukan hanya Lady Gaga yang tampaknya sudah mulai berada di tingkat jajaran ratu pop dengan beat dancenya mengikuti kesuksesan para pendahulunya, tapi rupanya irama lantai dansa juga sudah mulai merambah musik rock dengan artikulasi musik yang lebih keras. Jeffree Star, sang gender bender yang kontraversial telah membuktikannya dan salah satu pengusung musik tersebut adalah band elektronika asal Colorado, Amerika, 3OH!3.

3OH!3 adalah duo asal kota Boulder, sebuah kota metropolitan sama seperti kota Denver di negara bagian Colorado. Nama 3OH!3 diadopsi dari angka 303 yang merupakan kode area daerah asal grup yang beranggotakan Sean Matthew Foreman dan Nathaniel Waren Seth Motte ini. Wajar bila Anda mungkin masih merasa asing dengan nama 3OH!3, namun grup ini telah tampil di salah satu tour konser terbesar di Amerika, Warped Tour selama 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2009 yang lalu. Perlu Anda catat, Warped Tour adalah sebuah tour konser yang ditunggangi oleh nama-nama besar di belantika musik rock terutama punk seperti NOFX, SUM 41, band heavy metal Avenged Sevenfold bahkan salah satu pionir metal core Killswitch Engage tercatat pernah menguasai panggung yang dipelopori oleh perusahaan sepatu Vans tersebut.

Want adalah album kedua dari 3OH!3 yang diproduseri oleh produser kawakan Matt Squire, yang telah melejitkan nama The Used, Panic! At The Disco, Boys Like Girls dan sederet band tenar lainnya. Saat memainkan album yang telah terjual lebih dari 300.000 keping di Amerika ini, kita akan disapa oleh track pertama, Punkb**ch yang berirama hip hop dan akan mengingatkan kita pada musik-musik ala gangsta rap. Setelah itu bersiaplah untuk menggoyangkan badan Anda karena hot single Don't Trust Me akan menggebrak tentu saja dengan irama dance yang menjadi ciri khas 3OH!3. I'm Not Your Boyfriend baby bisa menjadi pilihan menyenangkan selanjutnya dengan penggabungan dua unsur baik hip hop maupun dance music. Meskipun Anda akan banyak mendengar hentakan irama yang bersemangat, lagu Still Around akan menjadi track pendingin yang bagus. Jika Anda menyukai musik elektronik, hip hop atau irama dance dan ingin mendengarkan sesuatu yang memberikan kesan yang agak berbeda dari musik-musik serupa, Want bisa Anda tambahkan ke dalam deretan koleksi CD anda.

Sebenarnya saya sudah tidak sabar untuk menyampaikan ini pada Anda karena lagu Starstrukk bisa jadi adalah puncak dari Want. Versi remix lagu ini yang terdapat dalam deluxe edition-nya menampilkan tamu penyanyi yang terkenal dengan single Ur So Gay dan I Kissed A Girl, Katty Perry. Sebuah komposisi yang cukup unik dan anda masih bisa merasa nge-rock dengan musik bernuansa club.

Why Did It Have To Be Rock ?



Karena saya -ironisnya- mengenal musik rock sejak duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya, saya hanya menyukai lagu-lagu pop biasa saja karena paman yang sering mendengarkan musik dari musisi-musisi jaman itu seperti Jermaine Jackson, Milli Vanilli, dan tentu saja the one and only most famous boy band in the world, New Kids On The Block. Salah satu album yang sangat saya kenal waktu itu adalah Faith (setelah googling saya baru tahu itu adalah tahun 1987, yang berarti saya masih berumur 7 tahun) dari George Michael.



Dan dibanding saya harus mengidolakan George Michael, patut disyukuri selera saya berubah dengan cepatnya karena saat itu saya akhrinya mengetahui dan penasaran terhadap satu nama yang berkesan lebih garang dengan musik yang lebih keras juga waktu itu, Bon Jovi.
Satu kali, sebagai anak manis yang rajin dan selalu berusaha keras untuk memperoleh hasil terbaik di sekolah, demi reward dari orang tua sekitar jam 9 malam saya sudah terbaring dengan baik dan benar di tempat tidur saya dan bersiap-siap untuk memimpikan wonder woman (saya sangat suka baca komik dan wonder woman selalu digambar dengan pantat yang bagus).
Saya dan kakak saya waktu itu berada dalam 1 kamar yang terbagi menjadi teritori dia dan teritori saya selayaknya kakak beradik lain apalagi kakak saya perempuan. Yang jadi masalah adalah kakak saya itu perempuan yang tomboy sangat. Kalau waktu itu anak-anak perempuan seumuran dia mendengarkan Tommy Page, kakak saya akan berkata,

"Bon Jovi dooong...!" sambil mengacungkan salam tiga jari.



Jadi malam itu, Ardan sebuah radio terkenal di Bandung memiliki acara rock selama 1 jam dan kakak saya mendengarkan acara itu sambil berbaring dan mencorat-coret kertas yang jadi hobinya. Sense of art kakak saya bagus banget, sayang dia nggak bisa masuk seni rupa ITB karena orang tua kami tidak menyetujui.
Kakak saya sepertinya tidak menyadari kalau adiknya waktu itu sedang berkontemplasi. Dentuman drum yang semangat, gitar yang meraung, vokal yang lantang dan kadang-kadang menjadi sangat tinggi. Saya mendengarkannya dengan amazed, seperti ada percikan kembang api yang menceriakan. Akhirnya saya pun bertanya pada kakak saya,

"Kak, kalo yang kayak gini musik apa namanya ?"

Kakak saya pun menjawab dengan gayanya yang cuek-cuek itu,

"Ini namanya mucik rock, metal...!"

Dan sang adik pun tersenyum tipis terpukau dalam hati dia berkata,

"Rock is awesome..."



Semenjak malam itu, selera saya pun berubah, band rock favorit saya pertama kali adalah adalah Poison dan album rock pertama yang saya miliki adalah The Final Countdown dari band rock fenomenal asal Swedia, Europe.